sumber:bestclipartblog.com |
Manusia perlu ‘belajar’ dari kecoa. Serangga kecil yang sering
membuat jengkel dan geli penghuni rumah ini ternyata adalah binatang kuat yang
memiliki kemampuan tinggi untuk bertahan hidup. Kalau hewan seperti anjing,
ayam, kambing bisa bertahan dari kelaparan dengan mencari makan sendiri, maka
kecoa justru mampu bertahan dari serangan mematikan seperti nuklir! Sebagai
hewan tua yang keberadaannya di bumi lebih dari 300 juta tahun yang lalu (lebih
lama dari dinosaurus yang ‘hanya’ 150 juta tahun yang lalu), kecoa telah
terbukti mampu hidup ketika komunitas atau daerah tempatnya tinggal diserang
oleh senjata nuklir.
Ketika tentara sekutu pimpinan Amerika Serikat menjatuhkan bom
di atas kota Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, sebuah laporan ilmiah
mengungkapkan bahwa hanya kecoa yang tidak mengalami efek mematikan tersebut
sekalipun kota tempat mereka tinggal luluh lantak dihajar Little Boy yang berbobot 13 kiloton TNT itu.
Benarkah laporan tersebut? Sebuah program TV untuk Discovery
Channel produksi Australia, MythBusters mencoba membuktikannya. Dengan
menjadikan kecoa Jerman sebagai sampel dengan tiga tingkat penyinaran
radioaktif kobalt jenis 60, kecoa-kecoa itu disinari 1000 rads (radon units)
dari kobalt 60 yang bila diterapkan pada manusia bisa membunuh orang dalam
waktu 10 menit. Setelah terbukti tidak mampu membunuh kecoa-kecoa eksperimental
tersebut, para ilmuwan mencoba meningkatkan dayanya menjadi 10,000 hingga
100,000 rads. Sebagai perbandingan, bom atom Hiroshima memancarkan 10,000 rads
sinar gamma. Hasilnya, setelah dimonitor selama satu bulan, 1000 atau 10 persen
dari sampel kecoa ternyata masih hidup. Penelitian ini memperkuat hipotesis
bahwa kecoa memang tetap hidup meski diserang nuklir dengan catatan bahwa
nuklir tersebut masih dibawah 100,000 rads (angka ekstrim). Manusia sendiri
akan mati bila dikenakan sinar radioaktif berkekuatan 400-1,000 rads. Seperti penduduk
yang tinggal 21 kilometer jauhnya dari tempat dijatuhkan bom di Hiroshima,
diperkirakan mereka terkena radiasi gamma dosis 1,200 rads sehingga mereka
mengalami penderitaan sebelum akhirnya tewas.
Apa yang menyebabkan kecoa punya daya
tahan sekuat itu? Ilmuwan menyimpulkan bahwa struktur badannya yang sederhana
serta siklus pergantian selnya yang lambatlah penyebabnya. Sel sangat sensitif
terhadap radiasi ketika terjadi proses pembelahan diri. Sedangkan manusia,
karena selnya secara konstan cepat berganti atau membelah diri, maka manusia
sangat rentan apabila terkena radiasi nuklir. Bandingkan dengan sel kecoa yang
paling cepat bergantinya seminggu sekali sehingga membuat peluang sinar
radioaktif untuk menyerang menjadi kecil.
‘Kesaktian’ kecoa tidak hanya sampai disitu. Kecoa adalah
serangga yang mampu hidup selama satu hingga dua minggu tanpa kepala! Jika
kambing kurban lehernya belum putus saja sudah mati, kecoa bahkan bisa hidup
normal meski kepalanya dipenggal. Dan tidak hanya itu, kecoa juga bahkan bisa
hidup di air yang sangat panas sekalipun. Kecoa memang binatang yang sakti
mandraguna.
Tapi jangan kagum dulu, untuk urusan nuklir, kecoa tidak bisa
‘menyombongkan diri’ di hadapan bakteri berbau busuk Deinococcus radiorurans atau biasa dipanggil Bakteri Conan. Bakteri
ini ada pada daging-daging yang membusuk di dalam kaleng. Meski disinari
radiasi berkekuatan 1,5 juta rads, bakteri ini masih bisa hidup dan bergerak
lincah. Kalau dibekukan, kekuatannya malah bertambah dua kali lipat. Jadi kecoa
ternyata bukan satu-satunya makhluk hidup yang tahan terhadap radiasi nuklir.
Lagipula, untuk membunuh kecoa tidak perlu pakai sinar laser
100,000 rads. Cukup ke toko atau warung kelontong dan membeli semprotan
pembasmi serangga, maka kecoa di rumah akan langsung mati. Di mata kecoa, baygon
lebih mengerikan daripada nuklir.
Sumber: Discovery Channel, ABC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar