Tampilkan postingan dengan label Bisnis dan Investasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bisnis dan Investasi. Tampilkan semua postingan

Strategi Promosi dan Pemasaran (2)



Promosi dan pemasaran adalah saudara kembar dari kesuksesan dalam berbisnis. Berikut adalah cara-cara promosi dan pemasaran yang perlu dijadikan rujukan bagi pelaku usaha kecil menengah.



Kasih Gratis

Wah, rugi dong saya? Demikian kata sebagian orang kalau produknya dikasih gratis. Tapi ternyata Ceragem, sebuah alat kesehatan yang menggunakan batu giok menggunakan metode ini. Banyak orang rela antri tiap pagi di depan kantornya untuk mendapatkan pengobatan gratis dari alat ini. Uniknya, konsumen tersebut tidak saja menggunakan Ceragem untuk sekedar percobaan, bahkan untuk proses kesembuhan. Dan itu gratis. Hebatnya lagi, setiap cabang baru ’diharamkan’ untuk berjualan selama 3 bulan. Hasilnya? Ternyata penjualannya bertengger di posisi manis. Konsumen mereka bertindak sebagai alat promosi. Bandingkan dengan alat-alat kesehatan canggih yang sering beriklan di TV. Dengan budget minim, Ceragem telah membuktikan keampuhan cara promosi dengan memberi gratis ini, tanpa harus pasang iklan yang jor-joran.


Co-Branding

Kerjasamalah dengan merek lain yang punya segmen pasar yang sama dengan produk Anda. Seperti yang sudah dijelaskan di bab yang lalu, bahwa Perry Tristiano menitipkan kaos-kaosnya di toko kaset, bukan di toko baju. Mengapa? Sebab segmen pasarnya sama, namun produknya berbeda. Anda punya usaha bergerak di minuman kesehatan, mengapa tidak kerjasama dengan klinik-klinik kesehatan? Misalnya, yang beli produk Anda berhak mendapat voucher diskon untuk membeli obat di klinik tersebut. Atau Anda yang berjualan aksesoris motor, bisa juga kerjasama dengan tempat cuci mobil atau cuci helm. Bukankah sama-sama saling menguntungkan ketika orang yang habis nyuci motor, lalu mampir membeli aksesoris di tempat Anda karena ia mendapat voucher dari tempat cuci

motor? Bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki segmen yang sama adalah cara promosi yang sangat efektif.

 

One Day Special

Sebenarnya ini cara promosi yang sering dilakukan oleh pelaku usaha restoran. Di Bandung misalnya, dekat Universitas Islam Bandung ada kantin yang setiap hari Jumat boleh makan pisang sepuasnya dan gratis. Di luar hari itu, bayar. Memang sederhana saja, dan tidak semua orang suka pisang. Namun karena adanya promosi seperti itu, mahasiswa-mahasiswa yang kuliah di kampus tersebut pada suka makan siang di sana. Ditambah lagi pemiliknya seorang ibu-ibu yang selalu menyebut dirinya ’Mama’ ke pelanggan-pelanggan mahasiswanya. Sebuah pendekatan yang sangat personal. Anda pun bisa menggunakan cara seperti ini. Misalnya kalau Anda berbisnis kaos, berilah gratis satu kaos pada seseorang yang berulang tahun yang datang ke outlet Anda. Jika Anda berbisnis restoran, berilah gratis satu menu andalan Anda untuk sepasang suami istri yang merayakan hari jadi pernikahan mereka. Bahkan Anda bisa menyediakan ruang khusus buat mereka. Atau kalau Anda berjualan online, strategi ini bisa diterapkan secara acak. Misalnya, tiba-tiba di situs Anda terpampang pengumuman:Gratis bagi Anda yang berulang tahun pada hari ini. Tentunya tidak setiap hari, namun diacak setiap bulan atau setiap tiga bulan sekali, tergantung kreatifitas Anda.



Fasilitas

Bagi sebuah kafe di mal, adanya fasilitas WiFi adalah sesuatu yang lumrah dan tidak istimewa. Silahkan Anda datang ke Starbucks, J.Co Donuts, Seven Eleven dan lainnya, hampir rata-rata kafe-kafe tersebut punya fasilitas WiFi untuk pelanggannya. Lalu bagaimana kalau fasilitas tersebut disediakan oleh ’kafe’ kelas pinggiran? Di Bogor, dekat rel kereta api, ada ’kafe’ sederhana yang namanya Blueberry Ice Cream. Tidak ada yang istimewa kecuali cat yang mendominasi tempat nongkrong ini berwarna biru. Meski di sebelahnya ada beberapa tempat nongkrong juga, namun ada sisi yang membedakan ’kafe’ ini dari lainnya. Ia menyediakan fasilitas WiFi. Sungguh tidak terpikirkan oleh tempat makan-tempat makan yang berada di sebelahnya. Meski lokasinya di sisi rel kereta dan berbatasan langsung dengan perkampungan atau gang sempit, ternyata fasilitas WiFi ini mampu menyedot beberapa anak muda untuk nongkrong dan memainkan laptopnya di sana. Promosi yang digunakan hanyalah MLM (mulut lewat mulut). Pelayanan yang ekstra dan di luar pakem, ternyata mampu mendatangkan keuntungan buat pemilik Blueberry Ice Cream ini.Sebuah cara promosi yang tidak terpikirkan oleh pemilik warung kecil lainnya.



Sebarkan Cerita

Cara ini terbilang ekstrim, meski banyak juga pebisnis yang menggunakannya terutama pebisnis di negara-negara maju. Contoh sederhana adalah fenomena ’Sarah Aprilia’. Bila kebanyakan orang menggunakan iklan standar untuk mempromosikan produknya, maka Mustika Ratu menciptakan tokoh fiktif ’Sarah Aprilia’ yang diperankan oleh Railine Syah, putri Indonesia favorite 2008. Posternya yang berjudul ’Butuh Guru ke Rumah? Hubungi Sarah Aprilia. No HP......’ dibagi-bagikan ke SMA-SMA. Belum lagi video di situs youtube.com yang menampilkan 2 anak remaja mengambil gambar melalui handycam diam-diam dari lantai dua tempat kost-kostannya ketika ’Sarah Aprilia’ sedang mengajar di lantai bawah. Rekayasa? Pasti. Inilah cara promosi unik dari Mustika Ratu sebelum meluncurkan produk cologne untuk pria.



Pernah mendengar cerita tentang Ririn Dumin? Di forum-forum internet banyak sekali yang membahas kisah ini. Ia adalah seorang gadis yang rela melakukan apapun asalkan cita-citanya menjadi bintang iklan tercapai. Bahkan ada satu thread di situs Okezone.com yang berjudul: Demi Jadi Artis, ABG Rela Permalukan Diri di Blog. Videonya banyak menuai cemoohan, kritikan, cacian atau bahkan dukungan. Bahkan ’Ririn Dumin’ sendiri membuat video berseri tentang mimpinya menjadi bintang iklan. And you know what? Akhirnya Ririn Dumin menjadi bintang iklan obat Dumin Paracetamol.

Cara-cara promosi di atas tentu dapat dikembangkan lagi, tergantung dari kreatifitas para pelaku usaha. Yang pasti, banyak yang bisa digali untuk menciptakan cara-cara baru dalam memperluas penetrasi pasar produk Anda.

Strategi Promosi dan Pemasaran (1)



Sumber:www.bisnisukm.c
Promosi adalah ’nyawa’ dari bisnis. Tanpa promosi, tak ada omset. Tanpa omset, bisnis mati. Barang bagus, bila promosinya tidak bagus, tidak bisa menciptakan profit. Sebaliknya, barang yang biasa-biasa saja, tapi promosinya bagus, hasilnya profit meningkat. Harus ada strategi promosi dan pemasaran yang jitu agar produk yang biasa menjadi terlihat ’luar biasa’ di mata konsumen.

Doing something with different way, demikian nasehat Brian Yaputra, pengusaha kaca patri ketika diwawancara majalah Soewarna Digest. Bagi UKM dan bisnis kecil lainnya yang menggunakan teknologi informasi, promosi ‘standart’ yang biasa dilakukan adalah melalui email. Porbess pernah mendapatkan email berisi elektronik flyer dari suatu produk kesehatan. Isi emailnya, kita bisa mendapat diskon sekian persen bila membawa bukti / hasil print email tersebut. Sama seperti menggunakan SMS blast ke database yang kita miliki. Mereka bisa menikmati potongan harga ketika belanja produk kita asalkan bisa memperlihatkan SMS tersebut. Ini adalah strategi promosi dan pemasaran yang umum dilakukan oleh para wirausahawan.

Dibutuhkan strategi unik untuk berpromosi. Rangga Umara, misalnya. Ia sadar bahwa banyak orang yang menjual pecel lele dengan rasa yang tidak kalah enak sama Lele Lela. Namun ia memiliki strategi pemasaran menarik dalam mempromosikan restonya, mulai dari sapaan kru restoran terhadap tamu sampai makan gratis. Mau pagi, mau siang, mau malam, pasti akan disapa, “Selamat pagi!!”. Hal ini menyebabkan pelanggan mendapatkan pengalaman unik yang bisa diceritakan kepada teman-temannya. Selain itu, Lele Lela juga menggratiskan orang yang berulang tahun untuk makan di sana. Dan yang lebih uniknya lagi, Rangga pun menggratiskan kepada siapa pun yang punya nama Lela (misalnya: Nurlaela) seumur hidup untuk makan di sana. Menarik, kan?

Anda kenal dengan merek-merek keripik seperti Maicih dan Karuhun? Meski yang dijual adalah camilan recehan, namun Yana Hawiarifin, pemiliki merek Karuhun mengantongi omset 3 miliar rupiah PER BULAN! Senasib dengan Yana, Maulana, pemilik keripik singkong Kribo asal Bekasi mampu membukukan omset puluhan juta rupiah per bulan. Apa rahasianya? Cara mereka memasarkan produknya! Karena pemasaran yang unik akan melahirkan rasa penasaran. Keripik-keripik ini, tidak seperti keripik tradisional, memiliki gradasi rasa. Misalnya merek Kribo menggunakan istilah ”zona galau” untuk rasa pedas dan ”zona CLBK” untuk rasa manis. Pemilihan kata-kata ini bukan tanpa sebab. Menurut ’biang kerok’nya, Maulana, kata-kata tersebut diambil dari bahasa anak-anak muda saat ini sehingga sesuai dengan segmen pasar yang ingin disasar. Keripik-keripik ini tidak menggunakan jalur distribusi konvensional seperti warung, toko oleh-oleh atau minimarket. Justru mereka menggunakan  jaringan pemasaran langsung yang menggunakan situs-situs sosial media seperti Facebook, Twitter dan Kaskus sebagai ujung tombaknya. Strategi pemasaran makanan camilan pun berubah, dari pola warung ke pola maya.

Strategi promosi lainnya adalah kerjasama dengan pihak lain yang memiliki segmen pasar yang sama. Apa hubungannya antara voucher pulsa dengan minuman? Sepertinya tidak ada. Tapi di Indomaret, beli voucher Simpati ternyata gratis 2 kotak minuman segar Nutrisari (studi kasus beberapa bulan yang lalu). Dan Simpati bukan satu-satunya yang melakukan promosi di Indomaret. Bahkan tiket-tiket konser pun mulai memanfaatkan Indomaret sebagai cara pendistribusian sekaligus promosinya.

Pernah naik mobil omprengan dari Stasiun Gambir ke Bandung? Biasanya di tengah perjalanan, si supir berhenti di restoran Padang untuk makan. Otomatis para penumpangnya ikutan turun. Manajemen restoran tersebut cukup menyediakan 2 porsi makanan gratis buat si sopir serta keneknya, dan mereka sendiri dapat pelanggan gratisan yang bisa menghasilkan penjualan yang cukup tinggi. Kedua cara ini adalah strategi pemasaran co-branding.

Ada juga strategi promosi menggunakan konsep flashmob. Konsep ini merupakan cara promosi yang menggunakan banyak orang yang bertingkah laku seragam pada suatu waktu. Contoh menariknya adalah ketika ratusan orang yang berada di Stasiun Kereta Api di Belgia, Eropa sedang asyik dengan urusannya masing-masing. Tiba-tiba terdengar lagu Sound of Music dari segala penjuru stasiun. Orang-orang pada bingung. Ketika sampai pada lirik tertentu, sekonyong-konyong seorang pemuda berada di tengah lalu menari mengikuti irama musik. Dan tidak itu saja, seorang anak kecil yang melihat pemuda itu pun ikut-ikutan menari. Lalu disusul seorang wanita muda, disusul lagi serombongan anak-anak, disusul lagi nenek-nenek yang lagi berdiri, dan....sampai hampir semua orang distasiun itu ikut menari seiring dengan lantunan lagu yang terkenal di era 1960an itu. Apakah mereka kebetulan saja? Tentu tidak. Mereka adalah bagian dari satu komunitas. Inilah flashmob. Dan kejadian tersebut digunakan untuk iklan suatu produk di Eropa sana. Penggunaan metode ini juga pernah terjadi di Sarana Olahraga Babakan Siliwangi. Secara ’kebetulan’, puluhan orang yang lagi jogging mendadak ’beku’. Yang tadinya lagi jalan, lagi minum, lagi nunduk, semuanya berhenti tak bergerak. Orang-orang yang tidak tahu apa-apa bingung semua. Ternyata itu adalah cara mahasiswa Seni Rupa ITB dalam mengundang warga untuk datang ke Pasar Seni ITB. Cukup menarik strategi promosinya.

Di dunia politik, strategi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada tahun 2003-2004an juga cukup jitu. Setiap Sabtu dan Minggu, semua kader diminta memakai apapun yang beratribut partai. Mau kaos, topi, tas dan lainnya. Ini adalah cara kampanye dan strategi pemasaran yang unik, murah dan bahkan efektif. Hasilnya, PKS meraih suara 7% pada pemilu 2004.

Jika Anda minim dana dan bermain di produk yang sudah padat, maka ciptakanlah cara promosi dan pemasaran yang unik. Jangan terpaku pada apa adanya dari produk Anda, tapi fokus pada bisa jadi apa produk tersebut jika disentuh dengan cara yang berbeda.

Daftar Bisnis Modal Kecil 500 Ribuan



Sumber:kampungwirausaha.com
Bagi pembaca yang berminat untuk memulai usaha, berikut beberapa alternatif bisnis modal kecil yang bisa dijadikan rujukan sebelum memutuskan bidang dan jenis usahanya. Modal yang dikeluarkan relatif rendah, hanya berkisar Rp.500 ribu saja. Meski produk yang ditawarkan adalah produk recehan, namun yang kaya dari bisnis modal kecil ini sudah amat teramat banyak. Poin terpentingnya adalah bagaimana menciptakan sesuatu yang menarik dan konsep yang unik dari produk yang kita tawarkan.

Jilbab
Rasanya produk yang satu ini sudah popular di Indonesia. Pemainnya sudah terlalu banyak. Tapi anehnya, ada saja yang membeli jilbab dari satu merek. Seolah pasar jilbab terus menerus tumbuh dan tidak menyusut. Dan jangan salah, bisnis jilbab ini tidak saja dimiliki oleh pengusaha muslim, bahkan non muslim pun ikut bermain di segmen ini.

Jilbab banyak variannya. Ketika pasar jilbab wanita dewasa sudah banyak yang masuk, maka jilbab anak adalah jawabannya. Dan ketika jilbab anak juga banyak pemainnya, maka desain yang lucu menjadi kunci untuk diserap pasar. Jilbab dewasa sendiri sebenarnya masih cukup luas. Jenuh dengan jilbab kaos, bisa masuk ke jilbab lukis. Bermain di motif yang unik adalah solusinya.

Berapa modal bikin jilbab? Jika Anda tidak bisa menjahit, kurang telaten membeli bahan, jangan bingung. Saat ini cukup banyak yang menyediakan jasa jilbab customized. Anda tinggal bilang mau jilbab warna apa, bentuk seperti apa dan dimotifkan seperti apa dan bahkan bisa diberikan label merek Anda sendiri. Jilbab adalah salah satu bisnis modal kecil yang perlu dilirik.

Kaos
Kaos adalah bisnis modal kecil yang tidak pernah mati. Dari era 1980an sampai sekarang permintaan kaos tetap saja tinggi. Kuncinya adalah bermain di desain yang menarik. Dan asyiknya, untuk membuat kaos sekarang sudah banyak yang digital. Tidak perlu modal jutaan rupiah, cukup 100-200 ribu Anda bisa bikin 4 kaos kalau di Jakarta. Anda yang tinggal di daerah lain mungkin bisa lebih murah. Cetak digital di Kelapa Gading, Jakarta Utara sekitar 50 ribuan. Porbess pernah membuat satu kaos untuk tes kualitas dan ternyata hasil cetakan digitalnya tidak luntur.

Di Bogor bahkan lebih murah lagi, sekitar 45 ribu per kaos digital. Dan harga tersebut sudah termasuk kaos itu sendiri. Anda tinggal bawa desain yang sudah Anda buat dan dimasukkan ke CD berformat file JPG, lalu tukang digitalnya pun tinggal mencetaknya. Tunggu saja sekitar 30 menit, maka kaos karya Anda siap dijual atau dipakai.

Bagaimana menciptakan desain yang menarik? Ambillah isyu-isyu yang sedang hangat dibicarakan. Ketika gunung Merapi meletus tahun 2006, seorang wartawan Suara Pembaruan yang mau bakti sosial di Jogjakarta mengatakan bahwa ia sedang mencari kaos bergambar Mbah Marijan Presiden Merapi. Konon kaos tersebut sangat laku di Jogjakarta.

Ingat ketika Presiden SBY ’mengeluhkan’ gajinya yang tidak naik-naik di depan prajurit muda TNI? Tidak lama kemudian, muncul kaos berjudul Koin untuk Presiden – Mohon Bantu Seikhlasnya. Kaos-kaos model begini adalah kaos yang bakal dicari orang, karena memang update dan langka.

Anda tidak bisa menggambar? Mintalah teman yang jago gambar dan janjikan saja sistem royalti per kaos. Toh tidak semua kaos harus bergambar, bisa saja hanya bermain di kata-kata seperti kebanyakan kaos Dagadu.

Apa yang sedang dibicarakan orang saat ini? Biasanya tema-tema politik yang paling laris. Asalkan Anda kreatif menciptakan kata/gambar, maka kaos Anda pun akan banyak peminatnya.

Buku
Meski minat baca di Indonesia masih rendah di banding negara maju, tapi bukan berarti bisnis buku tidak bisa menghasilkan. Buktinya, toko buku tetap banyak, bahkan bertambah. Penjual-penjual di emperan juga menjamur. Jadi tidak tepat kalau berjualan buku, sebagai salah satu bisnis modal kecil, tidak menjanjikan.

Jika Anda berminat di bisnis ini, pertama belilah buku tersebut ke distributor atau agen agar mendapat harga di bawah pasar. Atau kalau di kota Anda punya pasar buku murah seperti Palasari di Bandung atau Senen di Jakarta, belilah dari sana. Ingat, jangan beli yang palsu atau bajakan.  Namun sebelum beli, hendaknya Anda tentukan dulu segmen mana yang akan Anda bidik.

Contohnya, Anda mau menjual buku di rumah sakit. Mengapa tidak membuat paket parcel berisi buku saja? Di rumah sakit, pembezuk biasanya membeli buah-buahan untuk diberikan kepada si sakit atau keluarga yang menjaganya. Padahal, memberi buku merupakan oleh-oleh yang juga sangat berarti. Misalkan Anda membeli buku-buku bertema kesehatan beberapa buah, lalu belilah keranjang bambu yang bagus, susunlah dengan cantik buku-buku tersebut, bungkus dengan plastik, dan diakhiri dengan hiasan pita merah jambu, lengkap dengan kartu ucapan semoga cepat sembuhnya. Ini akan menjadi hadiah/suvenir menarik bagi yang sakit ketimbang makanan yang ia sendiri belum tentu bisa makan.

Atau sasaran Anda adalah jamaah masjid. Cobalah bikin paket buku bertema tertentu yang berkaitan dengan Islam. Misalnya Anda membeli beberapa buku yang berkaitan dengan kematian lalu Anda menamakan paket tersebut sebagai Paket Kain Kaffan. Coba titip atau jual langsung ketika ada acara pengajian. Asalkan harganya bagus, pasti ada yang beli ketimbang Anda menjual buku per satuan yang bisa jadi pesaing Anda juga menjual judul yang sama. Selain Paket Kain Kaffan, ide yagn perlu dijajal adalah Paket Akherat (berisi kumpulan buku surga neraka), Paket Romantis (berisi kumpulan buku tentang suami istri), Paket Parenting (berisi kumpulan buku tentang keluarga dan pendidikan anak), Paket Kaya (berisi kumpulan buku tentang bisnis barokah) dan sebagainya. Anda bisa memakai ide-ide dasar ini.

Berapa modalnya? Kalau beli 10 buku yang harganya masing-masing Rp.30,000 saja baru 300 ribu rupiah, ditambah keranjang dan plastik mungkin sekitar 100 ribu rupiah. Jadi tidak sampai 500 ribu. Bahkan kalau Anda bisa mendapatkan buku dengan harga yang lebih miring lagi, biaya modal bisa lebih ditekan.

Paket merupakan strategi yang banyak dipakai oleh restoran-restoran. Selain mampu menekan biaya, mengurangi resiko adanya item produk yang tidak laku, sistem paket juga menghasilkan keuntungan yang cukup besar dibanding sistem jual per produk. Lihat saja di McDonalds, ada paket A, B, C, Paket Combo, Paket Super Hemat, Paket Murah Meriah dan lainnya. Selain resto, produk eceran pun bisa dijadikan paket.  Dalam penelusuran Porbess menjelang hari Valentine, di beberapa Indomaret/Alfamart ada bungkusan-bungkusan sepanjang kurang lebih 20 cm dan agak tebal yang dihiasi dengan pita dan kertas kado yang cantik. Harganya 25 ribu rupiah. Ketika ditanya ke pramuniaga ini bungkusan apa, ternyata adalah 2 buah coklat Silver Queen buat kado Valentine. Harga satu buah Silver Queen di Indomaret Rp.10,500. Berarti 2 buah menjadi Rp.21,000. Diluar itu, harga kertas kado seukuran itu sebesar 500 perak. Dijual 25 ribu berarti ada marjin 3500 rupiah. Bagi Indomaret, ada dua keuntungan. Produk coklatnya cepat laku, dan marjinnya lebih besar. Dan jangan lupa, marjin 3500 itu belum ditambah dari marjin keuntungan per item coklat.

Sering naik bis kota? Pasti Anda juga sering ketemu pedagang-pedagang yang suka jualan alat tulis sistem paket. Isinya pensil 2B 3 buah, penggaris, busur, segitiga, pulpen 2 buah, penghapus dan peraut. Harganya 5 ribu rupiah. Bisa dibayangkan berapa harga per satuannya kalo dibeli konsumen, tentu lebih mahal. Namun jika dijual per paket, kelihatannya lebih murah. Padahal sebenarnya keuntungan si penjual yang lebih besar. Ini adalah bisnis modal kecil yang sangat menguntungkan.

Banyak sekali paket-paket yang bisa diciptakan untuk menyasar segmen pasar yang lebih tajam atau tidak umum. Itu semua tergantung segmen yang Anda tuju dan kreatifitas dalam berkonsep.

Pelatihan dan Kursus
Untuk membuka lembaga kursus sekelas Primagama atau Ganesha Operation, tentu membutuhkan modal besar. Tapi mengapa Anda tidak mendirikan bisnis pelatihan yang bermodal kecil?

Seorang wirausaha kursus di Bogor mencoba membuka pelatihan Pelatihan Video Editting. Berapa modal awalnya? Hanya 20 ribu rupiah. Pesertanya hanya 8 orang, namun omsetnya mencapai 400 ribu rupiah.

Rancanglah kursus yang unik dan tidak umum. Mengadakan kursus membuat bakso masih terlalu umum, namun kursus membuat bakso rasa udang adalah spesifik. Kuncinya adalah seberapa jeli kita melihat suatu keahlian/skill yang menurut orang lain perlu atau sangat menyenangkan jika mereka bisa menguasainya.

Pertama, cari ketrampilan yang bisa menarik perhatian orang. Contoh: keterampilan membuat video presentasi yang hidup, ketrampilan membuat komik, ketrampilan mengedit video, keterampilan menulis naskah iklan, keterampilan membuat kue coklat dan lainnya. Jangan mahal-mahal, peserta cukup bayar 100 ribu saja, tapi targetkan minimal 20 peserta. Omset Anda bisa mencapai 2 juta rupiah.

Setelah mengetahui keterampilan apa kira-kira yang menarik perhatian masyarakat, langkah berikutnya adalah bagaimana membuat brosur yang menarik dan menjual. Kalau Anda tidak jago desain grafis, carilah teman Anda yang bisa seperti itu. Bayarlah kalau acara atau uang peserta sudah masuk ke rekening Anda. Brosur yang menarik sangat mempengaruhi daya jual sebuah pelatihan.

Setelah punya brosur, lalu tugas Anda adalah menyebarkannya. Kalau Anda mau modal sedikit, bisa cetak dengan kertas art paper A5, atau kalau fotokopi dan memasangnya ke Facebook dan email ke milis-milis.

Setelah itu, ya sudah, Anda tinggal menunggu peserta dan mengajari mereka saja. Tapi kalau Anda mau meningkatkan keterampilan Anda atau memperluas pangsa pasar, cobalah belajar hal-hal baru berkaitan dengan dunia grafis dan internet. Anda bisa belajar tentang cara bikin komik gratisan di internet, video editting gratisan, dan sebagainya. Porbess merekomendasikan situs bagus yang dimiliki oleh Teguh Husadani, seorang trainer dan wirausahawan bidang multimedia. Silahkan kunjungi www.multimediakadal.co.cc.

Bisnis pelatihan merupakan bisnis modal kecil dimana Anda tidak harus menjadi mentor/pelatihnya. Cari orang atau teman Anda yang jago tentang suatu bidang, suruh dialah yang melatih. Anda yang membayar. Tidak dibutuhkan kepintaran untuk menjadi pengusaha, selain kepintaran dalam mencari orang-orang pintar yang mau bekerja untuk Anda.

Aksesoris Wanita
Aksesoris wanita merupakan produk recehan yang paling laris dalam pengamatan Porbess. Tidak di kereta KRL, trotoar, kompleks perumahan, atau bahkan di mal-mal, produk ini cukup banyak peminatnya terutama remaja. Modalnya juga cukup murah meriah. Bila Anda tinggal di Jabodetabek Anda cukup beruntung karena ada tempat grosiran yang jual produk aksesoris yang murah meriah, yaitu Pasar Pagi Asemka. Mulai dari jepit rambut, sisir, anting, jepit jilbab, semuanya ada di situ dengan harga di bawah 500 ribu rupiah. Anda tinggal milih saja.

Meniru konsepnya Pak Yono Siomay Pink, ada baiknya Anda membuat tempat jualan yang eye catching. Warna pink memang identik dengan wanita. Lalu buatlah paket-paket jika mau berbeda dari pedagang lain. Misalnya paket sewarna, paket momentum (lebaran, valentine, natal), paket anak sekolah, paket mahasiswi, atau paket lainnya terserah Anda. Intinya, Anda tampil beda dalam memasarkan produk meskipun produk tersebut pasaran.

Pulsa
Ini juga bisnis yang bahkan bisa dimulai dari uang 100 ribu rupiah saja. Banyak sekarang orang-orang yang berbisnis pulsa, namun jika Anda punya konsep yang unik, tentu pelanggan bisa lari ke Anda. Caranya, perlakukan bisnis ini seperti bisnis besar lainnya. Bisnis besar biasanya berkolaborasi dengan bisnis lain yang menyasar segmen pasar yang sama tapi memiliki produk yang berbeda. Anda bisa bekerjasama dengan restoran/warnet/game online atau lainnya. Misalnya, setiap pembelian pulsa 10 kali pada Anda, maka berhak mendapat voucher makan senilai 10 ribu rupiah. Atau voucher main game online sebesar 10 ribu rupiah. Sisihkan margin keuntungan Anda, katakanlah standart keuntungan satu kali isi pulsa ada 1500 rupiah. Jika Anda menyisihkan 500 perak untuk subsidi voucher, maka kalikan 10 berarti sudah 5 ribu rupiah. Bagi pemilik restoran atau game online, mereka juga harus menyediakan subsidi sebesar 5 ribu rupiah sebagai bentuk kerjasama promosi ini. Total jadinya 10 ribu. Simple, kan?

Teknisnya, administrasi Anda harus rapi. Anda harus mencatat nomor hp pelanggan Anda dan buatlah data berapa kali ia mengisi pulsa pada Anda. Bisa juga memberikan hadiah kepada mereka yang mengisi pulsa 20 kali. Hadiahnya bisa buku, voucher pulsa lagi, atau lainnya. Intinya, menawarkan sesuatu yang berbeda dari penjual pulsa kebanyakan.

Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari bisnis modal kecil yang bisa dimulai dari uang hanya 500 ribu rupiah. Anda bisa mencarinya sendiri langsung ke pasar-pasar yang menjual barang grosiran atau melalui internet untuk mencari produsen produk yang Anda cari. Pasar Pagi Asemka, Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Klewer di Solo, adalah sebagian yang bisa Anda kunjungi untuk survei. Yang penting, Anda bisa melakukan suatu pembeda dalam memasarkan produk Anda dibanding pesaing Anda. Mau bisnis jilbab, somay, bakso, komputer, software, sewa film dan lainnya, semua itu sudah memiliki pemain-pemain yang tangguh. Jika Anda tidak punya konsep yang kuat, maka bisnis apapun akan ‘mati’ digilas persaingan.

Membangun Usaha Kecil yang Menjanjikan



Sumber: alfi-ilmu.blogspot.com

Kali ini Porbess akan membahas bagaimana membangun bisnis usaha kecil namun berpenghasilan besar. Sebelumnya, portal berita ini juga menurunkan tulisan mengenai profil-profil yang sukses berpenghasilan puluhan hingga ratusanjuta dari bisnis yang tidak terlalu dilirik. Teorinya hampir sama dengan membangun bisnis properti, tambang, telekomunikasi, minyak dan lainnya. Kita harus mengukur kegemaran dan minat kita terlebih dahulu sebelum memutuskan bisnis apa yang akan kita bangun. Tapi tidak selalu seperti itu sebenarnya. Ada orang yang tidak hobi makan tapi terjun ke bisnis kuliner. Ada orang yang tidak suka betul-betulin mobil tapi buka bisnis bengkel. Ada orang yang tidak mengerti tentang majalah malah mendirikan majalah. Jadi intinya tidak pada kegemaran atau hobi, tapi terletak pada sumber daya yang tersedia. Untuk langkah awal memang cenderung mendirikan bisnis kecil yang sesuai dengan minat dan keahlian kita.

Siapa di antara pembaca Porbess yang hobi membersihkan kakus? Mungkin sedikit di yang punya kegemaran bersih-bersihin WC dan kakus. Tapi bagi orang yang memang mengerti dunia perKAKUSan, sedikitnya peminat yang bermain di bisnis ini ternyata menjadi peluang emas yang sayang kalau dilewatkan. Di Batam ada seorang “pakar” kakus yang mengerti dan mengetahui cara bagaimana membuat WC yang tersumbat kembali lancar. Sekali benerin WC/kakus di rumah, dia dibayar 150 ribu rupiah. Uniknya dalam sehari dia mendapat order 8 sampai 15 kali membetulkan kakus yang tersumbat. Artinya, dalam sehari jika dipukul rata mendapat 10 order, maka omset yang diperoleh dalam sehari adalah 1,5 juta rupiah. Sebulan ia bisa mengumpulkan rata-rata 40 juta rupiah! Bayangkan, keterampilan yang tidak dilirik oleh banyak orang ini ternyata menghasilkan jutaan rupiah bagi yang serius menekuninya! Ini adalah bisnis kecil yang menguntungkan.

Banyak sekali bisnis besar yang lahir dari bisnis rumahan. Biasanya bisnis recehan atau rumahan adalah bisnis kecil yang umum dijalankan orang. Contohnya bisnis siomay, batagor, pisang goreng, asesoris wanita, sarung handphone, jahe sachet, tahu sumedang, dan lainnya. Maka untuk membedakan dari pemain lain yang sudah membludak, seorang pelaku jenis usaha kecil perlu membuat apa yang kita sebut sebagai ’konsep’. Sekali lagi, untuk membedakan produk kita dari pemain lain, maka perlu membuat KONSEP!

Apa itu KONSEP? Secara sederhana dan tidak pakai kamus bahasa Indonesia, konsep diartikan sebagai cara kita menyajikan produk yang ingin ditawarkan kepada konsumen. Bagaimana cara tukang siomay menawarkan dagangannya? Ya dengan naik sepeda keliling kompleks, dengan membawa panci dan kalau ada modal sedikit dipakai buat beli ’klakson’ berupa terompet supaya orang-orang sadar bahwa tukang siomay lewat. Nah, sekarang coba lihat berapa banyak tukang siomay yang melakukan hal yang sama? Jawabannya: banyak sekali!

Tukang-tukang siomay yang seperti itu adalah tukang siomay yang tidak punya konsep. Ia menjajakan dan menawarkan produknya sama dengan tukang siomay lain yang terlebih dahulu sudah berjualan. Jadi apa bedanya? Mungkin rasa. Tapi kalau rasanya sama saja, apa istimewanya?

Sekarang kita coba lihat Sriyono alias Pak Yono. Ia berjualan siomay dengan cara yang unik: mengecat sepeda dan pancinya dengan warna pink! Tidak hanya itu, ia sendiri mengenakan kaos pink, celana pink, topi pink, jam pink bahkan menaruh boneka Teddy Bear berwarna pink di keranjang sepedanya!

Di Jalan Gandaria, Jakarta Selatan, tidak ada satu pun yang tahu nama Sriyono. Tapi kalau menyebut Siomay Pink, dari mulai anak-anak, tukang ojek, sopir bemo, satpam, mengenalnya. Keunikan konsepnya ini membuat omset Siomay Pink mampu membukukan omset 200 ribu hingga 1 juta rupiah per hari. Bisa kita bayangkan andaikata Sriyono menjual siomay dengan cara yang biasa-biasa saja, tentu hasilnya pun biasa-biasa saja. Konsep yang jelas membuat siomay pink ini dikenal luas oleh masyarakat.
 
Bila Anda berbisnis makanan di pinggir jalan, di mana persaingan sudah sedemikian banyak, maka caranya adalah bermainlah di konsep. Anda bisa menyulap gerai makanan Anda dengan warna tertentu seperti warna pink, merah, hijau, biru atau lainnya. Bahkan bisa juga menyesuaikan antara nama dengan warna. Misalnya Blue Big Baker (tukang roti keliling dengan mem-BIRU-kan atribut dan gerobaknya, syukur-syukur kalau tukang rotinya berbadan gempal), Red Hot Fried Chicken (ayam goreng yang boothnya dicat merah menyala dan “galak”), The Pinky Dogers (jualan es Doger yang warnanya dimerahjambukan semua) dan sebagainya. Intinya adalah bagaimana warna bisa membantu memperkuat konsep produk Anda sehingga tampil berbeda dengan produk sejenis lainnya. Bisnisnya sama, produknya sama, tapi KONSEP telah menciptakan peluang usaha baru.

Selain warna, ciri khas penjualnya pun bisa dijadikan konsep juga. Di sebuah kantor di Tangerang, ada kantin yang namanya Kantin Bu Gendut. Dan pemiliknya memang ibu-ibu berbadan gempal. Di pinggir-pinggir jalan juga sering kita lihat seperti Sate Bang Kumis yang sudah pasti tukang satenya berkumis. Sayangnya, konsep seperti ini banyak yang pakai. Lalu bagaimana cara menyiasatinya? Gunakan KONSEP TERBALIK! Bila Anda berambut gondrong dan berjualan sate, buatlah nama produk Anda menjadi Sate Ayam Bang Botak. Bila Anda bertubuh gemuk dan berjualan nasi pecel, buatlah merek Nasi Pecel Si Ceking. Bila Anda bertubuh jangkung dan berjualan nasi goreng, bikinlah namanya menjadi Nasi Goreng Seafood Si Cebol. Kalau kebetulan Anda wanita lembut nan ramah yang buka warteg, buatlah nama warteg Anda menjadi Macho Man Warteg dengan menampilkan foto-foto laki-laki sangar, meski penjualnya jauh dari kesan itu. Semua konsep ini adalah untuk membuat produk Anda mudah dikenal orang dan jauh dari kesan pasaran.

Selain warna dan fisik pemiliknya, waktu juga bisa dijadikan konsep. Misalnya Anda mau membuat kantin di kantor, buatlah konsep era 80an dengan menampilkan poster-poster penyanyi top di era tersebut, menayangkan film tahun 80an melalui DVD (bila Anda menyediakan fasilitas TV), menyediakan majalah-majalah lama tahun 80an di dalamnya, bahkan kalau perlu pakailah pakaian yang jadi tren di zaman itu. Tidak lupa, putarkan musik-musik yang in pada tahun-tahun tersebut.

Kota atau budaya juga bisa dijadikan konsep. Misalnya Anda mau membuka jasa tukang cukur dengan tema Jawa. Isi perabot di dalam barbershop Anda berbau Jawa, mulai dari pakaian pencukur, kain untuk menutup pelanggan, ornamen, sisir yang berdesain batik, background lagu, bahkan kalau perlu si pelanggan dikasih suvenir berupa wayang mini! Naikkan saja harganya, meski sebenarnya pelayanan Anda standart-standart saja. Tapi orang rela bayar lebih untuk pengalaman/sensasi yang ia dapatkan dari suatu tempat.

Ras dan suku adalah cara lain untuk membuat konsep yang unik. Kalau Anda mau menambah sedikit usaha, Anda bisa melatih orang bule laki-laki dan perempuan untuk berbahasa daerah (misalnya Padang) yang nantinya akan menjadi pelayan di rumah makan Padang yang Anda miliki. Tidak perlu setiap hari, cukup hari-hari tertentu saja, misalnya hari Sabtu. Insya Allah bisa menambah ramai pengunjung. Namanya juga pilih yang unik: Restoran Padang Onde Mande Saturday.

Konsep banyak ditemukan dari hal-hal lainnya selain yang sudah kita bahas di atas. Kita bisa membuat konsep dari jender (pernah dengar salon MOZ5? Salon khusus tidak saja buat wanita, tapi lebih khusus lagi buat wanita muslimah), ruang (misalnya bikin restoran bundar yang bentuk layout sampai kursinya pun berbentuk bundar), sains (Porbess pernah menelusuri sebuah area tempat jualan fashion remaja di sebuah mal yang menampilkan dan bernuansa nama-nama planet di tata surya), ibadah umat beragama (seperti toko khusus yang jualan oleh-oleh haji), buah-buahan (seperti Rumah Strawberry di Bandung), makanan (Rumah Sosis di Bandung juga), hewan (Taman Kupu-Kupu juga di Bandung), dan sebagainya. Intinya, buatlah konsep untuk membedakan antara usaha Anda dengan usaha lain yang sejenis.

Jadi, produk sederhana bisa dijadikan peluang bisnis, asalkan ada sesuatu yang membedakannya: KONSEP.


Mereka yang Sukses di Bisnis Recehan


Sumber:menghasilkanuang.net
Banyak orang yang berpikir bahwa menjadi kaya adalah milik pengusaha minyak, tambang batu bara, properti, atau maskapai penerbangan. Padahal banyak sekali mereka yang berhasil membangun kekayaan justru dari bisnis recehan, baik yang pernah dipublikasi media maupun yang tidak pernah diekspos. Bidang usahanya pun bermacam-macam, mulai dari kuliner, fashion, aksesoris, seni, handycraft ataupun produk-produk lainnya. Porbess mengangkat sebagian profil mereka yang sukses di bisnis recehan ini langsung dari buku Menjadi Jutawan dari Bisnis Recehan.

Waryono
Tidak banyak yang kenal sosok ini. Memang profesi Waryono sehari-hari ‘hanyalah’ office boy (OB) di sebuah perusahaan di Jakarta. Gajinya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Apalagi biaya hidup di Jakarta yang demikian tinggi, untuk bertahan hidup dari penghasilan sebagai OB tentu saja sangat sulit.

Namun jangan salah, Waryono adalah juragan pecel lele dan tanaman hias yang memiliki omset 25 juta rupiah per bulan. Berapa modal awalnya? Hanya 500 ribu!

Sebagai seorang recehpreneur, Waryono tahu betul bahwa keterbatasan modal tidak serta merta menghambat dirinya untuk mendirikan usahanya. Ia mengembangkan warung pecel lelenya menjadi 2 buah, demikian juga dengan warung tanaman hiasnya yang ia kembangkan. Selain itu Waryono juga memiliki sawah yang disewakan serta traktor.

Salah satu prinsip Waryono sehingga mampu mengembangkan usahanya sehingga memiliki omset puluhan juta rupiah tidak lepas dari kemampuannya dalam mengelola keuangan. Ia memisahkan antara uang pribadi/keluarga dengan uang perusahaan. Tidak heran sebuah televisi swasta pernah meliputnya.

Pecel lele bukanlah bisnis yang besar seperti layaknya bisnis properti, perkapalan atau bahkan telekomunikasi. Semua orang punya kesempatan untuk membuka usaha seperti ini. Demikian juga dengan tanaman hias. Di Bogor saja sepanjang jalan Pajajaran berjejer pedagang-pedagang tanaman hias. Recehan? Pasti. Berapa omsetnya? Silahkan ditanya langsung ke mereka. Yang jelas kalau omsetnya kecil, sudah dari dulu mereka gulung tikar. Malah yang terjadi mereka semakin lama semakin banyak variasi produknya.

Waryono adalah salah satu contoh bahwa seseorang bisa menjadi kaya dari bisnis recehan.

Muhammad Asmui
Bila kita menyebut nama Javapuccino, tentu tidak lepas dari sosok Muhammad Asmui. Keterbatasan ekonomi keluarga tidak menghalanginya untuk memiliki bisnis beromset ratusan juta rupiah per tahun. Sebagai pemilik sebuah merek minuman yang memiliki 234 cabang, Asmui adalah contoh lain dari mereka yang berhasil menjadi jutawan dari bisnis recehan.

Pernahkah kita berpikir berapa modal untuk berjualan es teh di kampus? Ternyata hanya 30 ribu rupiah saja. Namun di tangan Asmui, modal sekecil ini bisa disulap menjadi 400-600 ribu rupiah per hari. Strateginya untuk lebih memaksimalkan omset, salah satunya adalah dengan membuka kesempatan untuk bermitra melalui situs di internet.

Peminat waralaba Javapuccino pun membludak. Jumlah gerainya bertambah. Hasilnya, ia bisa membeli rumah di Jakarta, mobil dan renovasi rumah di kampungnya. Tidak hanya itu, Asmui juga berhasil merampungkan kuliah dari hasil bisnisnya. Inilah hasil dari uang recehan yang memaksa dia jadi jutawan.

Aminuddin ”Bang Kumis”
Biasanya hiburan yang suka hadir di kompleks perumahan atau gang-gang sempit dekat kompleks elite selain topeng monyet adalah odong-odong. Odong-odong merupakan permainan buat anak-anak balita berupa sepeda yang di atasnya ada mainan seperti bebek-bebekan yang nantinya bergerak ketika sepedanya dikayuh.

Bagi Aminuddin atau biasa dipanggil Bang Kumis, odong-odong tidak saja menjadi mata pencahariannya, tapi juga sumber penghasilan bagi orang-orang yang bekerja padanya. Dengan modal 6 juta hasil pinjaman, ia membeli 7 buah odong-odong dan mempekerjakan orang-orang dari Brebes, Cianjur, Garut dan Lampung. Setiap dua lagu, ’penumpang’ odong-odong dikenakan tarif seribu rupiah. Dari masing-masing sepeda ia mendapat setoran 25 ribu rupiah. Artinya perhari Bang Kumis mendapat penghasilan kurang lebih 175 ribu rupiah. Bila dalam sebulan odong-odong tersebut beroperasi 25 hari, maka pendapatan kotornya adalah Rp.4,375,000. Dalam waktu kurang dari 6 bulan ia sudah balik modal.
Bang Kumis sadar, untuk berbisnis memang hanya butuh keberanian. Cerdas tapi tidak berani hanya menyebabkan orang menjadi karyawan. Ia berani meminjam uang karena yakin hasil dari usaha kecilnya ini bisa melunasi pinjamannya tersebut. Hasil odong-odongnya saja sudah melebihi gaji seorang PNS golongan IIIA. Bisnis recehan ternyata bisa menghidupi banyak orang. Aminuddin telah membuktikannya.

Juliana Hartono
Siapa yang tidak kenal gado-gado? Hampir setiap orang mengenal makanan yang terdiri dari sayuran, lontong, pecel, toge, tahu dan kacang panjang ini. Makanan ini biasanya berada di kantin-kantin karyawan, gang-gang sempit, atau kalau “beruntung” bisa juga berada di depan mal-mal mewah. Tidak terpikirkan oleh kita kalau gado-gado bisa buka lapak di mal.

Namun oleh Juliana Hartono, gado-gado bisa naik kelas dengan dibuka di mal-mal mentereng. Gado-Gado Boplo, itulah nama mereknya. Dengan desain dan arsitektur menarik, restauran Gado-Gado Boplo ini bisa sejajar dengan restoran-restoran lain yang berkelas internasional.

Gado-Gado Boplo bermula pada tahun 1971 dengan modal 500 perak yang digunakan Juliana untuk membeli bahan. Karena kepintarannya dalam meracik bumbu, lama kelamaan gado-gado buatannya pun mulai dikenal oleh tetangga-tetangga sekitar rumah. Namun gado-gado ini menemukan momentumnya justru ketika pindah ke Jalan Wahid Hasyim, persis di depan apotek Boplo. Saat itulah gado-gado ini diberi merek Gado-Gado Boplo.

Juliana lalu mulai meningkatkan kelas produknya. Ia mulai masuk ke level restoran ketika ada yang menawarkan investasi kepadanya. Mendapat respon positif dari pasar, Juliana lalu mengembangkan restorannya menjadi 10 restoran dan 4 stand food. Hingga saat ini Gado-Gado Boplo masih eksis dengan cabang yang tersebar di mal-mal berkelas. Produk recehan seperti gado-gado ternyata bisa menjadi mesin uang milyaran rupiah bagi pemiliknya.

Dimas Ginanjar
Bagaimana menyulap Rp.50,000 menjadi 1 miliar rupiah? Tanya saja Dimas! Hanya menggunakan camilan keripik pedas Maicih, mahasiswa Administrasi Niaga di Universitas Parahyangan ini berhasil meningkatkan produk keripik ini dari puluhan bungkus per hari menjadi 5000 bungkus. Hanya dalam waktu 1 tahun sejak ia memulai usaha ini, kini omsetnya miliaran rupiah per bulan.

Dimas mengakui bahwa ketika memulai dengan modal 50 ribu rupiah, ia tidak mengambil profit yang dihasilkan untuk konsumtif. Uang keuntungan tersebut ia gunakana lagi untuk modal. Ia ‘puasa’ konsumtif. Dengan perhitungan harga 10 ribu per bungkus, maka tidak heran bila keripik pedas Maicih ini bisa meraih omset 1 miliar per bulan.

Menyasar segmen anak muda, strategi marketing yang ia gunakan adalah membuka akun di Twitter dan aktif menginformasikan kepada followernya tentang Maicih. Awalnya keripik ini dibuat oleh pihak ketiga, dan Dimas hanya berperan sebagai pemasar saja. Namun seiring dengan semakin meningkatnya pemesanan, akhirnya Dimas pun mempekerjakan orang-orang yang khusus memproduksi keripik Maicih ini. Dalam perkembangannya, produk yang menggunakan label bergambar nenek tua berkonde ini ternyata juga disukai oleh orang tua.

Distributor merupakan faktor lain mengapa produk ini laris di pasaran. Dimas mengakui bahwa penjualan keripik ini sangat dibantu oleh distributor-distributor yang ada di berbagai kota. Untuk kedepannya, ia berencana memperluas pasar di Malaysia dan Brunai Darussalam.

Riezka Rahmatiana
Bisnis besar dimulai dari kelas recehan. Kemampuan mengelola profit menjadi modal yang diputar kembali merupakan salah satu kunci keberhasilan membesarkan perusahaan. Itulah yang dilakukan Riezka Rahmatiana. Berbekal uang 150 ribu yang merupakan uang jajannya, ia lalu terjun ke bisnis pulsa dengan membeli deposit. Target pasarnya adalah teman-teman di kampus.

Tidak disangka, peminatnya begitu banyak sehingga hasil keuntungan yang ia peroleh digunakan untuk menambah deposit lagi. Lama kelamaan, seiring dengan berjalannya waktu, Riezka bisa membuka counter pulsa yang menjual voucher fisik, voucher elektrik, kartu perdana dan sebagainya. Omsetnya saat itu mencapai lebih dari 9 juta rupiah per bulan.

Sadar akan moncernya bisnis ini, Riezka lalu merambah bisnis lain yang mengusung brand buatan sendiri: Justmine Pisang Ijo. Usaha yang terakhir inilah yang akhirnya melambungkan namanya di kancah entrepreneurship Indonesia. Omset yang ia peroleh dari Justmine Pisang Ijo ratusan juta rupiah dengan jumlah outlet mencapai 40 outlet di Jabodetabek.

Irvan Affandi
Di zaman sekarang ini, siapa yang tidak pakai handphone? Mungkin sudah jarang ditemukan ada orang yang tidak punya hape. Bahkan pengamen cilik di bis-bis kota pun punya hape, demikian juga dengan sopir metro mini dan kernetnya. Rasanya sulit menemukan ada orang yang tidak punya hape di era informasi saat ini. Ditambah lagi dengan murahnya harga hape dibanding harga saat pertama kali dikenalkan di masyarakat Indonesia.

Potensi bisnis dari pengguna hape yang sangat besar ini dimanfaatkan oleh Irvan Affandi untuk menyediakan sarung handphone model celup merek Coza. Meski awalnya ia membangun bisnis ini dengan modal 5 juta rupiah, namun saat ini omsetnya sudah 7,3 juta rupiah per bulan, padahal usaha ini dijalankan belum satu tahun. Irvan menitipkan produk-produknya di counter-counter HP yang ada di Bandung Electronic Centre. Sebanyak 40 counter menjadi tempat penitipan produk-produknya dengan sistem konsyinasi. Irvan mampu menyuplai 50 pcs produk ke masing-masing counter tersebut.

Untuk harga satuan ia patok 35 ribu rupiah. Namun bila membeli grosiran (kodi) maka harganya menjadi 15 ribu rupiah per pcs. Irvan memang fokus pada volume penjualan. Tak heran bila bisnis ’kecil-kecilan’ ini bisa menghasilkan profit yang ’besar-besaran’.

Mereka yang berhasil membangun kemandirian finansialnya ternyata adalah mereka yang fokus pada bisnisnya, apapun bentuk dan produk usahanya. Kunci keberhasilan bukanlah dari apa yang dijual, melainkan dari seberapa lama mereka mampu bertahan.