Sumber:www.cultofmac.com |
Yusi Elsiano (35) misalnya, mendidik anak dengan cara mengarahkan bakat mereka
sejak dini. Fahma (13) dan Hania (7), kedua anaknya, adalah. programmer aplikasi software dan pernah
menjuarai kompetisi internasional di Kuala Lumpur, Malaysia.
”Awalnya mereka senang bermain dan belajar dengan menggunakan komputer.
Lalu kami belikan mereka buku-buku ringan mengenai cara membuat animasi atau
game sederhana. Fahma waktu itu sudah mulai mencoba dan dia berhasil,” tutur
wanita yang juga pakar perkembangan anak ini ketika dihubungi Porbess.
Sebagai ibu, Yusi tidak sekedar berperan sebagai fasilitator, namun juga mengarahkan
mereka agar bisa menghasilkan karya yang memiliki nilai tanggung jawab moral,
seperti membuat animasi game edukatif dan bukan membuat game tentang pembunuhan
atau perkelahian. Sehingga proses mendidik anak juga memasukkan nilai-nilai
moral di dalamnya.
”Saat ini mereka sudah membuat sejumlah animasi pendidikan, seperti animasi
untuk belajar bahasa Inggris, belajar matematika, belajar tentang huruf dan
warna serta permainan yang mendidik lainnya. Total hingga saat ini ada sekitar
47 game yang sudah dibuat Fahma dan Hania,” tuturnya.
Hampir sama dengan Yusi dalam mendidik anak, Fidriana (37) juga membaca
bakat anaknya, Yahya Harlan sejak ia masih kecil. Ia melihat bahwa Yahya sudah
menyukai komputer ketika ia masih balita. Meski pada awalnya bakat seni Yahya
terlihat lebih menonjol, namun minatnya kepada teknologi ternyata lebih
mendominasi.
”Sebagai orang tua, saya memberikan kebebasan kepada Yahya terhadap apa-apa
yang ia senangi. Ia sendiri sudah mengetahui bahwa minatnya adalah dunia IT,”
kata istri dari Yan Harlan (45) ini.
Tidak heran kalau akhirnya minat Yahya terhadap dunia IT melahirkan situs
jejaring sosial SalingSapa.com yang fenomenal itu. Sebagai produk asli buatan
anak negeri, SalingSapa.com kaya akan fitur-fitur Islami seperti siaran
televisi langsung dari Makkah, siaran ceramah beberapa ustadz terkenal, dan
juga radio streaming yang berisi
berbagai macam khutbah dari sederet dai populer.
Kompetisi
Menurut pakar pendidikan anak Winarini Wilman, PhD, minat anak berkembang
berdasarkan apa yang sering atau dialami oleh anak tersebut dalam kehidupan
sehari-hari bersama orang tuanya atau lingkungan lain seperti sekolah, teman dan
media massa. Jadi mendidik anak tidak saja dilakukan di rumah, melainkan juga
di luar rumah seperti memperhatikan lingkungannya.
”Untuk mendeteksi minat anak, kita bisa ajak mereka ke berbagai situasi
yang berkaitan dengan bakat mereka. Nanti bisa dilihat anak cenderung senang
berkegiatan di area mana,” tutur psikolog yang juga dosen Fakultasi Psikologi
Universitas Indonesiai ini.
Di dalam mencetak anak yang berprestasi, tambahnya, harus ada interaksi
yang selaras antara orang tua, anak, sekolah dan guru. Sebab hasil pendidikan
bukan disebabkan karena faktor orang tua saja, melainkan juga lingkungan yang
semuanya berinteraksi dengan faktor dari dalam diri anak, seperti usia,
kepribadian, ketekunan, gaya belajar, ketahan fisik dan mental ketika
menghadapi hambatan serta sikap terhadap hal yang dipelajari. Termasuk di dalam
hal berkompetisi.
”Boleh saja orang tua mengikutsertakan anak-anaknya untuk berkompetisi
sesuai minat mereka, asalkan anak tersebut juga bersedia. Yang penting jangan
memaksa anak,” tegasnya.
Berkaitan dengan kompetisi, Yusi juga mencoba mendorong Fahma dan Hania untuk
mengikut berbagai perlombaan yang berkaitan dengan pembuatan aplikasi game.
”Alhamdulillah sering menjadi juara, meskipun terkadang juga tidak,”
tuturnya sambil tersenyum.
Selain kompetisi, para ibu ini juga memfasilitasi anak-anaknya dengan
pendidikan tambahan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka di dunia IT. Yusi misalnya, mendaftarkan anak-anaknya ke
tempat kursus membuat aplikasi game dan menggambar manga. Lalu Fidriana
mengikutsertakan Yahya dalam beberapa Paket Pelatihan Komputer di ComLabs ITB
agar bakatnya di bidang IT kian terasah tajam.
Tidak hanya kursus, mengikutsertakan anak dalam berbagai komunitas juga
merupakan bentuk lain dalam mendidik dan mengasah bakat anak. Seperti yang
dilakukan Endang Setyadi (61), ibunda dari Habibie Afsyah. Mengetahui bahwa
bakat anaknya adalah di bidang internet marketing, maka penulis buku Surga Buat Habibie ini pun memasukkan
anaknya ke berbagai komunitas internet marketing, seperti Jisportal di Jakarta,
Adsense ID di Yogjakarta, Kampung Blogger di Magelang dan juga Sekolah Internet
Indonesia.
”Boleh dibilang ilmu yang diperoleh Habibie adalah ilmu jalanan, karena
belajarnya sambil jalan-jalan namun fun karena
dapat banyak ilmu,” katanya. Habibie sendiri pernah mendapat penghasilan lebih
dari US$ 5000 karena kepiawaiannya dalam pemasaran internet.
Untuk menjaga motivasi anak di bidang IT, para orang tua ini juga memanfaatkan nama besar tokoh-tokoh yang sudah terkenal di industri ini sebagai contoh sukses yang harus ditiru oleh mereka. Seperti Yusi yang sering menceritakan kisah Steve Jobs kepada Fahma dan Hania.
”Sikap Jobs yang tekun, pekerja keras, teliti dan disiplin sangat bagus
untuk dijadikan contoh buat mereka,” katanya.
Ya, Yusi, Endang dan Fidriana memang sama seperti ibu-ibu lainnya. Mereka
mendidik anak setelah mampu mendeteksi apa bakat anaknya. Hanya mungkin
bedanya, mereka telah berhasil membentuk anak-anaknya menjadi ’the next Steve Jobs’ versi Indonesia
dari rumahnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar